Sabtu, 02 April 2016

Jurnal (4) tentang Plimbi : Mengapa tidak Menulis



Tuhuk Ma'arit ~ Diposkan di Plimbi, 2 Maret 2016

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan komunikasi setiap harinya, bahkan gamers sejatipun yang kesehariannya mengurung diri di dalam kamar tetap melakukan sosialisasi dengan cara berinteraksi dalam permainannya, entah dengan para AI (Artificial Intelligence) maupun players online lainnya.

Begitu juga dengan apa yang saya lakukan dengan teman lama saya ini. Kami sering bertukar pikiran, kapanpun dan di manapun. Hingga suatu hari, teman ini mengetok kepala saya, mengapa tidak menulis, begitu katanya.

Saya terdiam, tak mampu menjawabnya. Di satu sisi, kalimatnya bisa menjadi sebuah bentuk pertanyaan yang mengejek saya, karena selalu saja ada alasan untuk tidak menulis, yang paling sering karena malas. Di sisi yang lain, kalimatnya bisa menjadi pernyataan ambigu... jangan-jangan dia memiliki alasan mengapa tidak menulis.

Mungkin dia hanya terlalu anti-mainstream, jika mainstreamnya adalah menulis, berarti anti-mainstreamnya adalah anti-menulis. Saya pikir dia sudah gila, meski saya tahu teman saya ini tidak pernah berbohong, lalu saya naik ke tempat tidur.

Mengapa Tidak Menulis di Plimbi

Entah mengapa kalimatnya terus menggedor-gedor kepala saya selama berbaring, saya tatap istri saya yang sedang tertidur pulas, tidak ada jawaban di wajahnya yang polos. Satu jam berlalu, mata saya masih terbuka lebar, saya dihantui teman saya sendiri. Sayapun menyerah, bangun dari kasur kemudian pergi ke meja kerja, mengambil pulpen dan secarik kertas, lalu menuliskan kalimat: Mengapa tidak menulis.



Puluhan menit berlalu tanpa menulis apa-apa, di ujung frustasi, saya langsung menarik nafas dalam-dalam. Pertanyaan teman saya ini tidak ada jawabannya. Saya berharap pernyataan teman saya ini tidak bermakna apa-apa sehingga saya bisa melanjutkan tidur dengan tenang.

Keesokan harinya di tempat kerja pada jam kerja, seperti biasa, saya memulai kebiasaan nakal dan kurang terpuji, mencuri waktu untuk melakukan kegiatan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan (padahal kerjanya nganggur), membuka Plimbi.

Padahal Plimbi selalu terbuka, namun saya masih nekat membukanya. Padahal Plimbi selalu berusaha buka-bukaan, namun saya  masih saja gemar membuka-bukanya.

Saya kemudian mengumpulkan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan mengapa menulis di Plimbi. Saya tidak menemukan artikel yang sebaliknya, di situ kadang saya merasa sedih. Saya termotivasi untuk melakukan suatu hal yang belum mereka (para author Plimbi) lakukan, menuliskan alasan mengapa tidak menulis di Plimbi.

Baca Juga: 6 Fitur Menguntungkan bagi Penulis Plimbi oleh Plimbi Editor

Dan... saya menemukan kegagalan, mungkin seperti author-author lain yang juga "gagal" menemukan alasan mengapa tidak menulis di Plimbi.

Baca Juga: 5 Penyebab Anda Sulit Menulis Oleh O.Solihin

Sesampainya di rumah, mata saya langsung terpaku pada tulisan di selembar kertas yang saya tulis tadi malam. Mengapa tidak menulis di Plimbi... Semoga jomblo bukan salah satu alasannya... Meski “berdua” itu kelihatannya lebih produktif dan agresif.

Teman saya tiba-tiba datang, memberikan clue, bahwa saya harus lebih skeptis lagi memandang Plimbi, seharusnya saya lebih curiga lagi terhadap Plimbi, seharusnya saya punya setidaknya satu alasan meski
sekecil apapun untuk menghujat dan kemudian memutuskan untuk tidak menulis di Plimbi.

Dia berhasil, saya tercerahkan, terimakasih, teman. Akhirnya, dengan segenap jiwa dan sedikit keegoisan pribadi, artikel ini saya susun, berdasarkan pengalaman saya 2.800 jam bersama Plimbi.


Mengapa tidak menulis di Plimbi? Alasannya selengkapnya, silahkan kunjungi tautan di bawah ini

>> 2 Alasan Mengapa tidak Menulis di Plimbi <<


Jadi, ketika ada orang yang bertanya kepada saya, “Mengapa tidak menulis?” Jawabannya sementara ini adalah: Mengapa tidak!

Mau tahu timeline, latar belakang, dan sepak terjang saya di Plimbi pada bulan keempat (Maret 2016)? Aha, saya akan membahasnya pada posting selanjutnya di blog ini. Stay tune, ya!

Jika Anda bertanya apa testimoni saya setelah empat bulan menulis di Plimbi, jawaban saya adalah, bahwa menulis itu memang sangat menyenangkan!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar